Ringkasan
Apa itu ensefalopati traumatis kronis?
Ensefalopati traumatik kronis (CTE) umumnya dianggap sebagai kondisi otak degeneratif (memburuk) progresif (bertahap) yang terkait dengan pukulan berulang ke kepala dalam jangka waktu yang lama. Kondisi itu ditemukan pada atlet yang mengikuti olahraga kontak, personel militer yang terkena cedera ledakan berulang, dan bahkan korban kekerasan dalam rumah tangga. Kerusakan otak ini menyebabkan perubahan pola pikir, kepribadian, suasana hati, dan perilaku seseorang.
Siapa yang berisiko mengalami ensefalopati traumatis kronis?
Orang yang mengalami trauma kepala berulang berisiko terkena CTE. Grup ini meliputi:
- Petinju dan pegulat
- Atlet yang mengambil bagian dalam olahraga kontak, seperti sepak bola, hoki, dan sepak bola
- Personil militer
CTE juga telah dilaporkan pada orang yang memiliki epilepsi dan korban kekerasan dalam rumah tangga.
Gejala dan Penyebab
Apa saja gejala ensefalopati traumatis kronis?
Gejala CTE mungkin tidak muncul sampai bertahun-tahun setelah seseorang mengalami trauma otak. Beberapa gejalanya mirip dengan kondisi otak degeneratif lainnya, seperti penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson.
Gejala CTE dapat meliputi:
- Sakit kepala
- Hilang ingatan
- Perilaku impulsif
- Perubahan kepribadian
- Masalah berpikir jernih
- Kesulitan keseimbangan dan gerakan
Perubahan kepribadian yang terkait dengan CTE, seperti depresi dan agresi, bisa jadi sulit bagi sebagian orang untuk dihadapi. Perasaan ini terkadang menyebabkan komplikasi, termasuk kecelakaan, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan bunuh diri.
Apa yang menyebabkan ensefalopati traumatis kronis?
Benturan kepala yang berulang dapat merusak serat yang melewati otak dan melukai sel-sel otak itu sendiri. Ini dapat dikaitkan dengan penumpukan protein yang dikenal sebagai tau, yang mungkin berperan dalam kematian sel. Hilangnya sel-sel ini dapat mengganggu fungsi otak yang sehat, menyebabkan perubahan neurologis yang meliputi kehilangan memori, depresi, agresivitas, dan masalah keseimbangan dan gerakan.
Ada kemungkinan beberapa jenis cedera kepala dapat menyebabkan akumulasi tau di otak, antara lain:
- Serangkaian serangan ringan yang tidak menimbulkan gejala
- Cedera otak traumatis ringan (gegar otak)
- Kerusakan yang lebih parah dikenal sebagai cedera otak traumatis (TBI)
Tidak diketahui berapa banyak trauma kepala, atau jenis persisnya apa yang dibutuhkan untuk berkembang menjadi CTE.
Diagnosis dan Tes
Bagaimana ensefalopati traumatik kronis (CTE) didiagnosis?
CTE hanya dapat didiagnosis secara definitif dalam otopsi setelah orang tersebut meninggal. Dokter akan mempelajari riwayat pribadi dan menganalisis jaringan otak orang yang meninggal yang telah menunjukkan gejala kondisi tersebut. Pola spesifik protein tau di otak dapat mengkonfirmasi diagnosis.
Para peneliti sedang bekerja untuk mengembangkan tes diagnostik untuk secara resmi mengidentifikasi CTE saat orang masih hidup.
Manajemen dan Perawatan
Bagaimana ensefalopati traumatis kronis (CTE) dirawat?
Karena CTE hanya dapat didiagnosis setelah orang tersebut meninggal, pengobatan dapat menjadi tantangan. Perawatan untuk orang yang memiliki gejala CTE meliputi:
- Terapi perilaku untuk mengatasi perubahan suasana hati
- Terapi manajemen nyeri, termasuk obat-obatan, pijat dan akupunktur, untuk meredakan ketidaknyamanan
- Latihan memori untuk memperkuat kemampuan mengingat kejadian sehari-hari
Orang yang mempelajari cara untuk mengatasi gejala CTE sering kali memiliki kualitas hidup yang lebih baik, termasuk lebih sedikit rasa sakit, peningkatan memori, dan perubahan suasana hati yang lebih sedikit.
Pencegahan
Dapatkah ensefalopati traumatik kronis (CTE) dicegah?
Anda dapat mengurangi risiko CTE dengan mengurangi berapa kali Anda terkena pukulan di kepala. Merawat trauma otak dengan tepat saat terjadi juga dapat membantu mencegah kondisi tersebut. Untuk atlet, ini berarti keluar dari permainan setelah cedera kepala, istirahat, dan mengikuti pedoman “kembali bermain”.
Pandangan / Prognosis
Bagaimana prospek orang dengan ensefalopati traumatik kronis (CTE)?
Banyak orang yang menunjukkan tanda-tanda CTE hidup sehat dan memuaskan. Olahraga teratur dan nutrisi yang baik dapat membantu mengelola gejala, termasuk rasa sakit dan stres.
Orang dapat menggunakan banyak strategi untuk menangani gejala perilaku yang terkait dengan CTE. Ini termasuk yang berikut:
- Tetapkan rutinitas harian. Menciptakan struktur harian membantu hidup terasa lebih stabil.
- Membuat catatan. Menuliskan sesuatu membantu memerangi masalah ingatan.
- Kelola perasaan. Metode relaksasi seperti pernapasan dalam membantu mengendalikan emosi.
- Meminta bantuan. Berbagi tantangan dengan teman dan keluarga dapat membantu meringankan beban. Terkadang konseling profesional bisa sangat membantu dalam mengelola gejala.
Discussion about this post