Mendefinisikan istilah berbakat bukanlah tugas yang mudah. Banyak definisi telah disarankan dan bervariasi dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya—tetapi tidak ada definisi keberbakatan yang diterima secara universal. Karena begitu banyak definisi dan interpretasi yang ada, orang sering bingung tentang apa sebenarnya artinya menjadi berbakat. Tidak hanya itu, orang tua dan guru mungkin kesulitan untuk berkomunikasi satu sama lain karena apa yang mereka katakan seringkali didasarkan pada definisi yang berbeda.
Untuk membantu mengurangi beberapa kebingungan, akan sangat membantu untuk memahami dari mana istilah “berbakat” pertama kali berasal dan perspektif berbeda yang mengarah pada berbagai definisi yang kita miliki saat ini.
Asal Istilah “Berbakat”
Ungkapan “berbakat” pertama kali digunakan pada tahun 1869 oleh Francis Galton, yang menentukan bahwa bakat adalah sifat bawaan yang ditunjukkan oleh pencapaian orang dewasa.
Frederick Galton dikenal sebagai pendukung eugenika dan ide-ide yang sekarang dipahami sebagai rasis.
Oleh karena itu, anak-anak dapat mewarisi potensi untuk menjadi orang dewasa yang berbakat, dan Galton menyebut anak-anak ini sebagai “anak-anak berbakat”. Psikolog Lewis Terman, yang terkenal dengan studinya tentang pendidikan berbakat, memperluas pandangan Galton tentang anak-anak berbakat untuk memasukkan IQ tinggi.
Pada awal 1900-an, Terman dan pendidik Lulu Stedman menetapkan bahwa anak-anak berbakat didefinisikan sebagai anak-anak dengan IQ 140 atau lebih. Namun, pada tahun 1920-an, psikolog Leta Hollingworth menyarankan ada batasan untuk menggunakan IQ sebagai satu-satunya prediktor untuk bakat. Hollingworth mengamati bahwa anak-anak berbakat mungkin menunjukkan tanda-tanda bakat di beberapa area, tetapi tidak di area lain.
Hollingworth mengusulkan bahwa pengasuhan rumah dan lingkungan sekolah merupakan faktor penting untuk mengembangkan potensi anak berbakat. Pada tahun 1926, Hollingworth’s Gifted Children, They Nature and Nurture memunculkan istilah “berbakat” yang mengacu pada anak-anak yang berpotensi tinggi.
Definisi Berbeda dari Istilah “Berbakat”
Pengadopsi awal istilah “berbakat” telah menyebabkan penggunaan kata yang berbeda dan cara yang berbeda untuk mendefinisikan “berbakat”. Interpretasi Galton meninggalkan kita dengan gagasan bahwa bakat hanya turun temurun dan hanya terlihat dalam pencapaian orang dewasa, yang memiliki keterbatasan.
Saat ini, lebih umum menggunakan “anak berbakat” untuk menggambarkan seorang anak yang menunjukkan bakat luar biasa dalam satu atau lebih bidang tertentu.
Selama beberapa dekade, studi Terman tentang anak-anak berbakat dianggap sebagai yang paling komprehensif pada masanya. Tes kecerdasan Terman mengukur skor IQ tinggi sebagai prediktor pencapaian orang dewasa. Pandangan Hollingworth, bagaimanapun, menyebabkan definisi yang lebih luas dari “berbakat,” termasuk potensi masa kanak-kanak yang harus dipelihara agar dapat dikembangkan di masa dewasa.
Bakat sebagai Prediktor Prestasi Dewasa
Definisi berbakat yang mempertimbangkan pencapaian orang dewasa menambahkan faktor-faktor seperti komitmen tugas atau motivasi. Mereka yang mendefinisikan berbakat dengan cara ini mulai dengan melihat orang dewasa yang telah menunjukkan pencapaian luar biasa di bidang pilihan mereka, seperti Albert Einstein, dan bekerja mundur untuk melihat ciri-ciri selain IQ tinggi yang dimiliki orang dewasa di masa kanak-kanak mereka. Seorang anak tanpa sifat itu, terlepas dari IQ, tidak berbakat menurut definisi ini. Konsepsi Tiga Cincin tentang Keberbakatan Joseph Renzulli adalah sebuah contoh.
Bakat sebagai Potensi yang Harus Dipupuk
Definisi yang menganggap keberbakatan sebagai potensi untuk dikembangkan membuat perbedaan antara apa yang dapat dicapai oleh seorang anak dan apa yang akan dicapai oleh anak tersebut. Fakta bahwa seorang anak memiliki potensi luar biasa adalah bagian dari apa yang membuat mereka berbakat.
Lingkungan anak menentukan apakah potensi mengarah pada pencapaian, sehingga orang yang mendefinisikan “berbakat” dengan cara ini menekankan pentingnya menyediakan lingkungan yang sesuai.
Model Keberbakatan dan Bakat yang Dibedakan oleh Francoys Gagne adalah sebuah contoh.
Bakat sebagai Pengembangan Asynchronous
Psikolog Linda Silverman menambahkan dimensi baru pada definisi berbakat ketika dia memasukkan perkembangan yang tidak merata dari anak-anak berbakat, yang dia sebut perkembangan asinkron.
Definisi berbakat yang mencakup perkembangan asinkron tidak hanya mempertimbangkan IQ dan bakat, tetapi juga ciri-ciri emosional anak-anak berbakat, seperti kepekaan yang meningkat. Definisi yang dikembangkan oleh Columbus Group pada tahun 1991 adalah contoh dari jenis interpretasi ini.
Definisi Grup Columbus
Menurut Columbus Group, “Bakat adalah perkembangan asinkron di mana kemampuan kognitif tingkat lanjut dan intensitas tinggi bergabung untuk menciptakan pengalaman batin dan kesadaran yang secara kualitatif berbeda dari norma. Ketidaksinkronan ini meningkat dengan kapasitas intelektual yang lebih tinggi.
Keunikan anak berbakat membuat mereka sangat rentan dan membutuhkan modifikasi dalam pengasuhan, pengajaran, dan konseling agar mereka berkembang secara optimal.”
Definisi Berbasis Sekolah
Sekolah dapat menggunakan definisi berbakat berdasarkan kemampuan relatif. Siswa diidentifikasi dengan seberapa baik kinerja mereka dibandingkan dengan siswa lain di sekolah.
Siswa di 5 atau 10% teratas (atau beberapa nomor lainnya) adalah mereka yang membutuhkan kurikulum yang lebih menantang daripada kurikulum reguler. Berbakat dalam definisi ini adalah relatif karena seorang siswa yang diidentifikasi sebagai berbakat di satu sekolah mungkin tidak diidentifikasi sebagai berbakat di sekolah lain, membuat orang tua bingung.
Mengetahui definisi “berbakat” mana yang digunakan oleh seorang guru, kepala sekolah, atau sekolah dapat membantu membuat komunikasi tidak terlalu membuat frustrasi dan lebih produktif.
Discussion about this post