Tekanan darah rendah dan nyeri sendi mungkin tampak tidak berhubungan, namun kedua gejala ini sering kali muncul bersamaan karena kondisi medis tertentu. Memahami penyebab, mekanisme, dan pengobatan penting untuk menangani kedua gejala ini secara efektif. Artikel ini memberikan informasi tentang penyakit umum yang ditandai dengan tekanan darah rendah dan nyeri sendi.
Penyebab umum tekanan darah rendah dan nyeri sendi
1. Penyakit Addison
Penyakit Addison, atau insufisiensi adrenal primer, adalah suatu kondisi langka dimana kelenjar adrenal gagal menghasilkan hormon steroid yang cukup, terutama kortisol dan aldosteron. Kortisol mengatur metabolisme, respon imun, dan respon stres, sedangkan aldosteron menjaga tekanan darah dengan mengatur natrium dan kalium.
Pada penyakit Addison, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang kelenjar adrenal, sehingga menyebabkan penurunan kadar kortisol dan aldosteron. Tanpa kortisol, tubuh kesulitan mempertahankan kadar glukosa dan mengatasi stres. Kadar aldosteron yang rendah menyebabkan ketidakseimbangan natrium dan kalium, menyebabkan dehidrasi dan penurunan tekanan darah secara signifikan. Nyeri sendi dapat disebabkan oleh peradangan yang berhubungan dengan aktivitas autoimun dan kurangnya kortisol, yang biasanya membantu mengurangi peradangan.
Penelitian menunjukkan bahwa penyakit Addison terjadi pada sekitar 100-140 orang per juta dan lebih sering terjadi pada wanita. Penelitian menyoroti pentingnya diagnosis dini karena penyakit Addison yang tidak diobati dapat menyebabkan krisis adrenal yang mengancam jiwa, ditandai dengan tekanan darah yang sangat rendah dan ketidakseimbangan elektrolit.
Diagnosa
Diagnosis dilakukan dengan tes darah untuk mengukur kadar kortisol dan aldosteron. Tes stimulasi ACTH (hormon adrenokortikotropik) sering digunakan untuk mengevaluasi fungsi kelenjar adrenal. Tes pencitraan, seperti CT scan atau MRI, dapat membantu memvisualisasikan kelenjar adrenal dan memeriksa adanya kelainan fisik.
Pengobatan penyakit Addison
Perawatan termasuk terapi penggantian hormon, biasanya dengan hidrokortison atau prednison untuk menggantikan kortisol, dan fludrokortison untuk mengatur kadar aldosteron. Penderita perlu menjalani diet tinggi garam, karena asupan natrium dapat membantu menjaga tekanan darah. Tindak lanjut secara teratur dan penyesuaian dosis obat selama stres, sakit, atau pembedahan sangat penting untuk mencegah krisis adrenal.
2. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan luas, mempengaruhi berbagai organ dan jaringan, termasuk kulit, ginjal, sendi, dan sistem kardiovaskular. Tekanan darah rendah dan nyeri sendi merupakan gejala umum pada penderita SLE akibat peradangan dan komplikasi kardiovaskular.
Pada penyakit SLE, sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang jaringan sehat. Respon autoimun ini menyebabkan peradangan kronis pada persendian, menyebabkan nyeri sendi dan pembengkakan. Peradangan pembuluh darah, suatu kondisi yang disebut vaskulitis, dapat menyebabkan tekanan darah rendah. Keterlibatan ginjal (lupus nefritis) juga dapat menyebabkan hipotensi, karena gangguan fungsi ginjal dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah.
SLE menyerang sekitar 1 dari 1.000 orang dan lebih banyak terjadi pada wanita, terutama pada usia subur. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 90% pasien SLE mengalami nyeri sendi, yang seringkali merupakan salah satu gejala awal. Selain itu, sekitar 30% pasien SLE mengalami komplikasi ginjal, yang mungkin berkontribusi terhadap tekanan darah rendah.
Diagnosa
Diagnosis SLE memerlukan pendekatan yang komprehensif. Tes darah, termasuk tes ANA (antibodi antinuklear), membantu mengidentifikasi antibodi yang terkait dengan SLE. Penanda darah lainnya, seperti antibodi anti-dsDNA dan anti-Smith, lebih spesifik untuk SLE. Studi pencitraan dan urinalisis juga dapat dilakukan untuk menilai keterlibatan organ.
Pengobatan lupus eritematosus sistemik
Perawatan sering kali menggunakan obat imunosupresif seperti kortikosteroid, hidroksiklorokuin, dan obat biologis (misalnya belimumab). Untuk mengatasi nyeri sendi, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) sering digunakan. Kortikosteroid dosis rendah dapat membantu mengendalikan peradangan dan menjaga tekanan darah. Penyesuaian gaya hidup, termasuk pola makan seimbang, olahraga teratur, dan manajemen stres, memainkan peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
3. Artritis reumatoid
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun kronis yang terutama menyerang sendi namun juga dapat menyebabkan gejala sistemik. Meskipun rheumatoid arthritis biasanya dikaitkan dengan peradangan dan nyeri sendi, beberapa orang mengalami tekanan darah rendah karena peradangan yang mempengaruhi pembuluh darah.
Pada rheumatoid arthritis, sel-sel kekebalan menargetkan sinovium, jaringan yang melapisi sendi, sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan sendi. Peradangan yang berkepanjangan juga dapat mempengaruhi sistem pembuluh darah, menyebabkan suatu bentuk vaskulitis, yang dapat menyebabkan tekanan darah rendah. Selain itu, beberapa obat rheumatoid arthritis, seperti metotreksat, dapat menyebabkan efek samping seperti kelelahan dan hipotensi.
Artritis reumatoid menyerang sekitar 1% populasi global, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita. Penelitian mengungkapkan bahwa pasien dengan rheumatoid arthritis memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular akibat peradangan kronis, yang secara tidak langsung berkontribusi terhadap episode tekanan darah rendah.
Diagnosa
Diagnosis artritis reumatoid biasanya didasarkan pada gejala klinis, tes darah (faktor reumatoid, antibodi anti-CCP), dan pemeriksaan pencitraan untuk menilai erosi sendi. Selain itu, tes darah untuk mengukur penanda peradangan, seperti ESR (laju endap darah) dan CRP (protein C-reaktif), sering digunakan.
Pengobatan artritis reumatoid
Perawatan untuk rheumatoid arthritis mencakup obat antirematik pemodifikasi penyakit (DMARDs), obat biologis, dan NSAID untuk mengendalikan peradangan sendi dan mencegah perkembangannya. Fisioterapi dan olahraga low impact dapat membantu mengurangi kekakuan sendi dan meningkatkan sirkulasi darah. Mengelola rheumatoid arthritis secara efektif dapat membantu meringankan nyeri sendi dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan, sehingga mengurangi episode tekanan darah rendah.
4. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid gagal memproduksi cukup hormon tiroid, yang penting untuk fungsi metabolisme. Tekanan darah rendah dan nyeri sendi adalah gejala umum pada individu dengan hipotiroidisme karena metabolisme melambat dan efek sistemik pada otot dan jaringan sendi.
Hormon tiroid mengatur detak jantung, suhu tubuh, dan produksi energi. Pada hipotiroidisme, penurunan kadar hormon memperlambat metabolisme, menyebabkan penurunan curah jantung dan, selanjutnya, tekanan darah rendah. Kekakuan otot dan nyeri sendi disebabkan oleh penumpukan mukopolisakarida di jaringan ikat akibat berkurangnya pembersihan metabolisme.
Hipotiroidisme terjadi pada sekitar 5% populasi, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita dan orang dewasa lanjut usia. Penelitian menunjukkan bahwa kadar tiroid yang rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kardiovaskular, yang dapat menyebabkan hipotensi dan berkontribusi terhadap nyeri sendi melalui perubahan jaringan.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tes darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3, T4) dan hormon perangsang tiroid (TSH). Peningkatan TSH dan rendahnya kadar T4 biasanya mengindikasikan hipotiroidisme. Tes tambahan, seperti tes antibodi tiroid, dapat dilakukan untuk menentukan apakah hipotiroidisme disebabkan oleh kondisi autoimun seperti tiroiditis Hashimoto.
Pengobatan hipotiroidisme
Pengobatan biasanya dilakukan dengan terapi penggantian hormon dengan levothyroxine untuk mengembalikan kadar hormon tiroid normal. Pemantauan kadar TSH secara teratur membantu memastikan dosis obat yang tepat. Penatalaksanaan gejala nyeri sendi mungkin termasuk NSAID, dan peningkatan aktivitas fisik secara bertahap dapat membantu menjaga mobilitas sendi.
5. Sindrom kelelahan kronis (CFS)
Sindrom kelelahan kronis (CFS), juga dikenal sebagai myalgic encephalomyelitis, ditandai dengan kelelahan yang berkepanjangan, nyeri sendi dan otot, serta tekanan darah rendah. Penyebab pasti dari sindrom kelelahan kronis tidak diketahui, namun diyakini melibatkan kombinasi disfungsi imun, neuroendokrin, dan metabolisme.
Sindrom kelelahan kronis mungkin melibatkan disregulasi sistem saraf otonom (ANS), yang mengontrol fungsi tubuh yang tidak disengaja, termasuk tekanan darah. Disregulasi ini menyebabkan hipotensi ortostatik, suatu kondisi dimana tekanan darah turun secara signifikan saat berdiri. Nyeri sendi dan nyeri otot pada sindrom kelelahan kronis dikaitkan dengan proses nyeri abnormal pada sistem saraf pusat dan peradangan kronis.
Sindrom kelelahan kronis mempengaruhi sekitar 0,2% hingga 0,4% populasi global, seringkali lebih banyak berdampak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Penelitian menunjukkan kelainan sistem kekebalan tubuh dan ketidakseimbangan hormon sebagai faktor penyebabnya. Studi menunjukkan bahwa pasien dengan sindrom kelelahan kronis sering mengalami intoleransi ortostatik, yang mungkin berkontribusi terhadap tekanan darah rendah.
Diagnosa
Diagnosis sindrom kelelahan kronis terutama didasarkan pada mengesampingkan kondisi lain dan mengidentifikasi gejala spesifik, termasuk rasa tidak enak badan pasca aktivitas, gangguan tidur, dan intoleransi ortostatik. Tes kardiovaskular, seperti tes meja miring, dapat membantu menilai hipotensi ortostatik.
Pengobatan sindrom kelelahan kronis
Perawatan berfokus pada manajemen gejala, termasuk terapi latihan bertahap (GET) dan terapi perilaku kognitif (CBT) untuk membantu mengatasi kelelahan. Obat dosis rendah untuk mengatasi nyeri, seperti NSAID, biasanya diresepkan untuk nyeri sendi. Untuk tekanan darah rendah, meningkatkan asupan garam, tetap terhidrasi, dan mengenakan pakaian kompresi dapat membantu mengatasi gejalanya.
Kesimpulan
Tekanan darah rendah dan nyeri sendi seringkali merupakan gejala yang saling berhubungan yang disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu. Diagnosis yang tepat dan pengobatan yang ditargetkan sangat penting untuk mengelola gejala-gejala ini secara efektif. Jika Anda mengalami tekanan darah rendah dan nyeri sendi secara bersamaan, konsultasikan dengan ahli kesehatan untuk mendapatkan evaluasi menyeluruh dan rencana perawatan yang dipersonalisasi.
Discussion about this post